Entah dari mana istilah itu muncul di otak saya.
Dulu waktu SMA saya sempet di wanti-wanti sama senior saya kalau kuliah jangan masuk di BEM, kemudian saya tanyakan mengapa ? dia hanya menjawab sudah nanti juga akan tahu sendiri, setidaknya juga harus berproses kamu sehingga kamu bisa melihat secara langsung dan tidak menjudge dan bagaimana menurut penilaianmu, sehingga kamu mendapat pemikiran mu, bukan atas pemikiranku."
kemudian saya bertanya lagi "seandainya saya pengen mengubah sistemnya." dia juga menjawab dengan jawaban yang tadi.
Terakhir saya masuk di UI. di sini di awal saya melihat waktu awal masuk (di inisiasi oleh BEM UI dan BEM Fakultas.) nah di sini awalnya saya masih belum menemukan, karena mereka sering meneriakan soal rakyat dan saya bangga akan UI juga beserta BEM dan kerabatnya. tetapi hari demi hari, saya mulai mendengar kata ini itu, ini itu dari teman-teman, saya masih belum percaya. dan bahkan terakhir saya sempet masuk ke dalam BEM UI. dan saya tidak masuk.
Sebelum2 nya berita miring itu masih tahap tentang penguasaan BEM atas suatu golongan. kalau itu saya masih bisa berkata wajar. walaupun di katakan BEM tidak independen. kalau masih baik oke.
mengutip GIE."Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok
kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan
golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik
saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu
oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi." Ternyata hal ini juga sedang terjadi.
Beberapa hari kemudian ada kegiatan SAVE danau UI. saya melihat di sini ada peristiwa yang bersamaan dengan Raker BEM UI, dan ketika hari H saya tidak melihat para anggota BEM UI 2012(Kecuali mantan ketua BEM UI 2011.) nah ketika saya bertanya kepada teman saya, masa ga ada sama sekali dari BEM UI. apalagi dari lingkungan. akhirnya saya tahu bahwa Pejabat DPR juga melakukan hal yang sama ketika dia rapat ngelencer di luar negri sedangkan tetangganya yag kelaparan di biarkan. haduh.(semoga ini jadi kritikan) saya sempet ngomong juga dengan temen BEM FIB, pas di hari yang sama Bem fasilkom raker di puncak, sedangkan BEM FIB di anyer. nah yang agak ia sesalkan dia bilang "bener juga lal, harusnya kenapa raker2 gitu gak di UI saja ya?" trus dari kami berdua muncul jawaban2 yang pasti. ada"ngebosesnin, masak di kampus lagi, gak seru, kurang asik, dan sebaginya." juga muncul pernyataan bahwa yang di gunakan ngelencer juga duit BEM UI(setidaknya itu juga duit mahasiswa). seperti DPR yang memakai duit Rakyat. juga dari temen saya lainya BEM FIB bilang di raker juga pas sidang isinya cuma pada ngantuk-ngantuk doang, kaya pejabat DPR." . waduh saya tinggal nunggu cerita2 lainya yang memperkuat OPINI saya.
Semoga hal ini bisa jadi kritikan (jangan hanya membalas dengan argumen ini itu sudah bosen dengan argumen2 bagus, kalau membalas pernyataan ini balaslah dengan Aksi nyata, sehingga BEM bisa di hargai.)
Selasa, 28 Februari 2012
Sabtu, 25 Februari 2012
Bahasa jawa keren
School of Oriental and African Studies (SOAS) London, menetapkan bahasa Jawa sebagai bahasa wajib dipelajari mahasiswanya.
Karena berdasarkan Summer Institute for Linguistics (SIL) Ethnologue Survey 2011, penutur bahasa Jawa di dunia ternyata berjumlah 77,75 juta orang, lebih banyak daripada penutur bahasa Korea yang sebanyak 76,5 juta orang maupun bahasa Perancis yang hanya... sebanyak 76 juta orang. ... Kemudian, berdasarkan penelitian, penggunaan bahasa Jawa lebih efektif dibandingkan bahasa Inggris sekalipun, setidaknya dalam 29 contoh berikut:
1. walk slowly on the edge (side) of the road = mlipir.
2. fall backward and then hit own head = nggeblak.
3. got hit by a truck that is moving backward = kunduran trek.
4. talk too much about unimportant thing = cangkeman.
5. smearing one's body with hot ointment or liquid and then massaging it = mblonyo.
6. going without notice/permission = mlethas.
7. taking the longer way to get to the destination = ngalang
8. riding an old bicycle = ngonthel.
9. falling/ tripping forward (and may hit own face = kejlungup.
10. side effect after circumcision = gendhelen.
11. hot pyroclastic cloud rolling down a volcano = wedhus gembel.
12. a small, sharp thing embedded inside one's skin = susuben/ ketlusupen.
13. spending a lot of time doing nothing =mbathang.
14. feeling uncomfortable because there is something that smells bad = kambonan.
15. things getting out from a container accidentally because of gravity = mbrojol.
16. get hit by thing collapsing on top of one's head/ body = kambrukan
17. drinking straight from the bottle without using glass, where whole bottle tip gets into the mouth = ngokop.
18. cannot open eyes because something is shining very bright = blereng.
19. cannot hold bowel movement = ngebrok.
20. something coming out from one's rear end little by little = keceret/ kecirit.
21. hanging on tightly to something in order to be inert = gondhelan.
22. falling/ tripping accidentally because of a hole = kejeglong.
23. doing something without thinking about the consequences = cenanangan.
24. being overly active carelessly = pecicilan.
25. feeling unwell because of cold temperature = katisen.
26. making too much noise, disturbing other people= mbribeni / mbrebeki.
27. tripping over accidentally caused by wires, cloths, gowns etc. = kesrimpet.
28. being alone (or with a companion) in the corner of a place/ room doing something suspicious= mojok.
29. pretend to be homeless, no money and never take shower=nggembel
Karena berdasarkan Summer Institute for Linguistics (SIL) Ethnologue Survey 2011, penutur bahasa Jawa di dunia ternyata berjumlah 77,75 juta orang, lebih banyak daripada penutur bahasa Korea yang sebanyak 76,5 juta orang maupun bahasa Perancis yang hanya... sebanyak 76 juta orang. ... Kemudian, berdasarkan penelitian, penggunaan bahasa Jawa lebih efektif dibandingkan bahasa Inggris sekalipun, setidaknya dalam 29 contoh berikut:
1. walk slowly on the edge (side) of the road = mlipir.
2. fall backward and then hit own head = nggeblak.
3. got hit by a truck that is moving backward = kunduran trek.
4. talk too much about unimportant thing = cangkeman.
5. smearing one's body with hot ointment or liquid and then massaging it = mblonyo.
6. going without notice/permission = mlethas.
7. taking the longer way to get to the destination = ngalang
8. riding an old bicycle = ngonthel.
9. falling/ tripping forward (and may hit own face = kejlungup.
10. side effect after circumcision = gendhelen.
11. hot pyroclastic cloud rolling down a volcano = wedhus gembel.
12. a small, sharp thing embedded inside one's skin = susuben/ ketlusupen.
13. spending a lot of time doing nothing =mbathang.
14. feeling uncomfortable because there is something that smells bad = kambonan.
15. things getting out from a container accidentally because of gravity = mbrojol.
16. get hit by thing collapsing on top of one's head/ body = kambrukan
17. drinking straight from the bottle without using glass, where whole bottle tip gets into the mouth = ngokop.
18. cannot open eyes because something is shining very bright = blereng.
19. cannot hold bowel movement = ngebrok.
20. something coming out from one's rear end little by little = keceret/ kecirit.
21. hanging on tightly to something in order to be inert = gondhelan.
22. falling/ tripping accidentally because of a hole = kejeglong.
23. doing something without thinking about the consequences = cenanangan.
24. being overly active carelessly = pecicilan.
25. feeling unwell because of cold temperature = katisen.
26. making too much noise, disturbing other people= mbribeni / mbrebeki.
27. tripping over accidentally caused by wires, cloths, gowns etc. = kesrimpet.
28. being alone (or with a companion) in the corner of a place/ room doing something suspicious= mojok.
29. pretend to be homeless, no money and never take shower=nggembel
Pembelajaran dari film hero
Film The Hero menarik, sekurang-kurangnya bagi saya sendiri. Menarik karena filofosis. Sisi kefilosofiannya terlihat dari isinya. Isinya adalah paradigma Cina yang spektakuler dan piawai itu. Selamat menikmati suguhan ulasan ekspansif sederhana film ini, tentu, dari perspektif saya sebagai peneropong.
Kaisar (raja) adalah simbol Our Land (pemersatu)
Wu Ming (nameless) adalah seorang pemuda yang kuat dan tangkas. Ia berasal dari Kerajaan Zhao, tetapi dibesarkan di Kerajaan Qin. Antara Qin dan Zhao saling bermusuhan. Demikian juga Fei Xue, Can-Jian dan Liu Shui berasal dari Zhao. Namun, di antara mereka hanya satu orang yang mengerti paradigma Cina bahwa raja tak boleh dibunuh, walaupun ia sangat kejam. Pemuda itu bernama Can Jian.
Bagi Can Jian, Kaisar adalah pemersatu dan pendamai yang dalam bahasa Can Jian (juga Wu Ming setelah disadarkan Can Jian) disebut simbol “OUR LAND”. Itu sebabnya Can Jian tidak terpengaruh dengan tindakan teman-temannya yang berusaha membunuh sang Our Land. Di akhir cerita, Wu Ming sadar “lebih baik satu orang mati demi orang banyak”. Wu Ming bersedia mati asal sang raja selamat. Raja adalah “kepala” rakyat. Raja adalah daya ikat dan daya pikat yang mempersatukan yang tercerai-berai. Jadi, di sini yang ditekankan adalah menang itu bukan berarti mengeliminasi yang lain. Perang harus berujung pada perdamaian. Tesis Can Jian ini benar. Pada tahun 201 B. C, Kaisar Qin Shi Huang menjadi raja pertama Qin dan berhasil mempersatukan masyarakat Cina. Filsafat Cina tidak mengenal dikotomi. Antara dua sisi yang berbeda “saling” menjadi bagian dari yang lain. Itu sebabnya, hal yang paling mendasar dalam paradigma Cina adalah harmoni dan keseimbangan.
Relasional-Harmoni
Harmoni adalah salah satu tema pokok filsafat Cina. Penonjolan gerak dan diam, sedikit dan banyak, kaligrafi(diam) dan panah (gerak) dalam film The Hero, sebenarnya sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa Cina berparadigma: di antara dua kutub harus dicari jalan tengah, keseimbangan, hubungan relasional-harmoni. Relasional-harmoni tersebut dapat kita lihat juga dalam beberapa paradigma Cina yang cukup filosofis.
Pertama, Yin-Yang: adalah dua prinsip induk dari seluruh kenyataan. Yin itu bersifat pasif, prinsip ketenangan, surga, bulan, air, perempuan, simbol kematian, dan dingin. Yang itu bersifat aktif, gerak, bumi, matahari, api, laki-laki, simbol untuk hidup dan simbol panas. Segala sesuatu dalam kenyataan manusia adalah sintesis harmonis dari derajat Yin dan Yang.
Yin-Yang saling tergantung dan saling melengkapi, selalu berhubungan dan secara terus-menerus saling memberi kekuatan (simbiosis mutualistis). Jadi, antara Yin dan Yang terjadi keseimbangan, dan harmoni. Menurut Tao The Ching, suatu kekuatan, objek atau gagasan tak akan lengkap bahkan tak berarti tanpa ditunjang keadaan sebaliknya. Kesulitan dan kemudahan saling melengkapi. Panjang dan pendek saling membanding. Tinggi dan rendah saling membedakan. Kebaikan tak punya arti tanpa kejahatan, kecantikan tak akan dipandang tanpa kehadiran si buruk sebagai pembanding.
Kedua, Feng Shui: yang ditekankan adalah harmoni antara manusia dengan alamnya. Atmosfir rumah, misalnya bisa berpengaruh pada manusia yang menghuni rumah tersebut. Ketiga, Penghormatan Leluhur dan Dewa-Dewi. Di balik ritual penghormatan kepada leluhur dan dewa-dewi, sebenarnya ada yang perlu dicapai orang Cina yakni demi membina relasi terhadap leluhur dan dewa/i. Roh nenek moyang (makhluk halus) bagi orang Cina dipahami secara fisikal. Ia juga bisa memberi rezeki, dan kemakmuran kepada anak cucu-cicitnya. Oleh karena itu, relasi itu penting agar hubungan kekeluargaan (dengan nenek moyang) tidak pernah putus. Penghormatan kepada nenek moyang merupakan intisari dalam kepercayaan tradisional Tionghoa. Ini dikarenakan pengaruh ajaran Konfusianisme yang mengutamakan bakti kepada orang tua termasuk leluhur jauh.
Kaisar (raja) adalah simbol Our Land (pemersatu)
Wu Ming (nameless) adalah seorang pemuda yang kuat dan tangkas. Ia berasal dari Kerajaan Zhao, tetapi dibesarkan di Kerajaan Qin. Antara Qin dan Zhao saling bermusuhan. Demikian juga Fei Xue, Can-Jian dan Liu Shui berasal dari Zhao. Namun, di antara mereka hanya satu orang yang mengerti paradigma Cina bahwa raja tak boleh dibunuh, walaupun ia sangat kejam. Pemuda itu bernama Can Jian.
Bagi Can Jian, Kaisar adalah pemersatu dan pendamai yang dalam bahasa Can Jian (juga Wu Ming setelah disadarkan Can Jian) disebut simbol “OUR LAND”. Itu sebabnya Can Jian tidak terpengaruh dengan tindakan teman-temannya yang berusaha membunuh sang Our Land. Di akhir cerita, Wu Ming sadar “lebih baik satu orang mati demi orang banyak”. Wu Ming bersedia mati asal sang raja selamat. Raja adalah “kepala” rakyat. Raja adalah daya ikat dan daya pikat yang mempersatukan yang tercerai-berai. Jadi, di sini yang ditekankan adalah menang itu bukan berarti mengeliminasi yang lain. Perang harus berujung pada perdamaian. Tesis Can Jian ini benar. Pada tahun 201 B. C, Kaisar Qin Shi Huang menjadi raja pertama Qin dan berhasil mempersatukan masyarakat Cina. Filsafat Cina tidak mengenal dikotomi. Antara dua sisi yang berbeda “saling” menjadi bagian dari yang lain. Itu sebabnya, hal yang paling mendasar dalam paradigma Cina adalah harmoni dan keseimbangan.
Relasional-Harmoni
Harmoni adalah salah satu tema pokok filsafat Cina. Penonjolan gerak dan diam, sedikit dan banyak, kaligrafi(diam) dan panah (gerak) dalam film The Hero, sebenarnya sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa Cina berparadigma: di antara dua kutub harus dicari jalan tengah, keseimbangan, hubungan relasional-harmoni. Relasional-harmoni tersebut dapat kita lihat juga dalam beberapa paradigma Cina yang cukup filosofis.
Pertama, Yin-Yang: adalah dua prinsip induk dari seluruh kenyataan. Yin itu bersifat pasif, prinsip ketenangan, surga, bulan, air, perempuan, simbol kematian, dan dingin. Yang itu bersifat aktif, gerak, bumi, matahari, api, laki-laki, simbol untuk hidup dan simbol panas. Segala sesuatu dalam kenyataan manusia adalah sintesis harmonis dari derajat Yin dan Yang.
Yin-Yang saling tergantung dan saling melengkapi, selalu berhubungan dan secara terus-menerus saling memberi kekuatan (simbiosis mutualistis). Jadi, antara Yin dan Yang terjadi keseimbangan, dan harmoni. Menurut Tao The Ching, suatu kekuatan, objek atau gagasan tak akan lengkap bahkan tak berarti tanpa ditunjang keadaan sebaliknya. Kesulitan dan kemudahan saling melengkapi. Panjang dan pendek saling membanding. Tinggi dan rendah saling membedakan. Kebaikan tak punya arti tanpa kejahatan, kecantikan tak akan dipandang tanpa kehadiran si buruk sebagai pembanding.
Kedua, Feng Shui: yang ditekankan adalah harmoni antara manusia dengan alamnya. Atmosfir rumah, misalnya bisa berpengaruh pada manusia yang menghuni rumah tersebut. Ketiga, Penghormatan Leluhur dan Dewa-Dewi. Di balik ritual penghormatan kepada leluhur dan dewa-dewi, sebenarnya ada yang perlu dicapai orang Cina yakni demi membina relasi terhadap leluhur dan dewa/i. Roh nenek moyang (makhluk halus) bagi orang Cina dipahami secara fisikal. Ia juga bisa memberi rezeki, dan kemakmuran kepada anak cucu-cicitnya. Oleh karena itu, relasi itu penting agar hubungan kekeluargaan (dengan nenek moyang) tidak pernah putus. Penghormatan kepada nenek moyang merupakan intisari dalam kepercayaan tradisional Tionghoa. Ini dikarenakan pengaruh ajaran Konfusianisme yang mengutamakan bakti kepada orang tua termasuk leluhur jauh.
Pluralisme
Orang Cina sangat menghargai pluralisme (keperbedaan). Penerimaan mereka terhadap pluralisme dapat kita lihat dalam paham mereka tentang beberapa ide universal, antara lain: Pertama, Toleransi. Bangsa Cina pada dasarnya menghargai pendapat orang lain, sehingga Cina memandang pluralitas sebagai hal yang mesti diterima dan wajar. Kedua, Perikemanusiaan. Pemikiran Cina lebih antroposentris (humanis) daripada filsafat Barat. Prinsip humanis merupakan inti ajaran Konfusius.
Gerak dan Diam (hening)
Dalam film The Hero, kedua term ini begitu tampak. Pemimpin Zhao melalui kaligrafinya percaya bahwa mereka tidak apa-apa dengan serangan panah dari Qin. Zhao percaya bahwa panah (bergerak) bisa dilawan dengan hanya duduk diam sambil melukis kaligrafi. Jadi, yang bergerak dilawan dengan yang diam. Kita mungkin masih teringat kata-kata Rinzai, seorang Master Zen (sekitar abad ke-9 masehi): "Jika kamu ingin menghayati Zen dengan bergerak, hal itu berarti memasuki keheningan. Jika kamu ingin menghayati Zen di dalam keheningan, hal itu berarti memasuki gerak”. Diam, dalam filsafat Cina di sebut Chanisme, mengajarkan tentang: perwujudan ketunggalan sejati individu dengan budi semesta (kekosongan). Budi semesta dipahami sebagai wu nian (tiada pikiran), wang jing (melupakan perasaan), dan ren xin (membiarkan budi menempuh jalan sendiri)- lihat Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 4 (Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1989), hlm., 138.
Konstruksi Berpikir Pola Tiga
Paradigma Pola Tiga tidak hanya Cina yang memilikinya. Sunda juga sama. Walaupun dengan istilah yang berbeda : tritangtu. Pola tiga masyarakat Cina tercermin dalam paradigma berpikir dan bertindak mereka tentang filosofi pedang, marga dan harta kehidupan.
Marilah kita mengulas paham masayarakat Cina tentang pedang. Dalam film The Hero, ada 3 tahapan untuk memahami apa itu pedang. Pertama, pedang adalah manusia dan manusia adalah pedang. Singkatnya ada kombinasi antara manusia dan pedang. Bahkan rumput yang ada di tangan manusia pun bisa menjadi pedang. Kedua, pedang ada di dalam hati. Inilah yang disebut dengan tenaga dalam: melawan yang bergerak dengan sikap diam. Ketiga, tidak (perlu) ada pedang. Tahap terakhir ini merupakan tahapan tingkat tinggi. Karena di sini dipahami bahwa pedang bukan lagi untuk membunuh melainkan untuk kedamaian dan memperjuangkan hidup manusia.
Lantas bagimana paham masyarakat Cina tentang marga ? Bagi masyarakat Cina ada 3 Karakter Marga. Pertama, marga yang terdiri dari satu karakter. Kedua, marga yang berkarakter ganda. Ketiga, marga yang berkarakter 3 sampai 9. Angka 9 berarti kelipatan dari angka tiga juga. Di balik pemakaian marga ini sebenarnya juga mau mengungkapkan bahwa Cina selalu terikat pada kultur, walaupun mereka berada di perantauan. Marga inilah yang memperat tali persaudaraan, bahkan jaringan kerja dan bisnis masyarakat Cina kadang terbangun berkat daya ikat marga itu.
Terakhir adalah tentang Tiga Harta Kehidupan. Dalam ilmu kesehatan Taoisme ada tiga harta kehidupan yakni, jing (esensi), chi (energi), dan shen (spirit). Seperti Yin dan Yang, tiga harta ini berbeda namun mereka saling bergantung antara satu dengan lainnya, tetapi tidak saling melebur. Chi adalah mediator, penengah, penghubung. Menurut Taoisme, semua bentuk kehidupan di jagat ini digerakkan oleh chi yang notebene tak kelihatan, hening, tak berbentuk sebelum menembus segala sesuatu.
Marilah kita mengikuti ulasan seputar tiga harta kehidupan ini. Jing mengandung 3 unsur: esensi darah, esensi hormon, esensi yang yang termasuk cairan berat (kelenjar, pelumas di persendiaan tulang dan jaringan lain yang berhubungan dengan air mata, keringan dan urine).
Chi terbagi tiga: yuan-chi (energi primordial, biasanya ada pada anak-anak), yang-chi (energi yang berkembang dalam tubuh selama berlangsungnya hubungan seksual yang bersatu dengan kehangatan, kecerahan dan gerak) dan wei-chi (energi pelindung). Dalam versi Feng shui, energi terdiri dari 3 macam: Pertama, Heaven Chi (Tian Chi) : energi langit/semesta yang terpancar dari surga ke bumi (seperti, sinar matahari, sinar bulan, daya tarik bulan yang menyebabkan pasang-surut laut. Kedua, Di Qi atau Earth Chi: menyerap chi alam semesta dan berpengaruh terhadap bumi seisinya. Bangsa Cina percaya bahwa Earth Qi menyusun garis dan pola energi, termasuk medan magnet bumi dan medan panas bumi. Energi ini juga harus seimbang, kalau tidak maka gempa akan terjadi. Ketiga, Ren Chi (energi manusia) yang terpengaruh oleh chi Tian Chi, dan Di Qi.
Nah, harta kehidupan terakhir bagaimana? Taoisme menerima shen (spirit) sebagai kumpulan bunga-bunga dari “tri-tunggal” Tao, yang melayani esensi tubuh seperti layaknya akar pohon dan energi sebagai batang penghubung.
Sirkulasi Energi dan Feng Shui
Dalam ilmu Feng Shui, diyakini bahwa pada dasarnya semua yang ada di jagad raya ini adalah energi (panas, kimia, gerak, cahaya, elektromagnetis, dll.). Oleh sebab itu, siklus energi dalam rumah, misalnya akan berpengaruh pada banyak aspek kehidupan penghuninya. Manfaat Feng Shui dalam rumah sangat berarti terutama dalam menjaga kesehatan dan juga mengantisipasi gangguan lainnya bagi sipenghuni rumah. Misalnya, pasangan suami istri susah mendapatkan anak, bisa jadi karena ada yang tidak cocok dengan tata rumah, ranjang, asesoris rumah lainnya. Singkatnya, Cina berparadigma (dalam feng shui) bahwa manusia mesti menyatu dengan alamnya. Makanya, feng shui juga diartikan sebagai tatanan yang harmonis antara alam dengan makhluk hidup. Tegasnya, Feng Shui mengajarkan pada kita bahwa kita mesti bersahabat dengan alam. Alam itu sangat mempengaruhi hidup-matinya manusia!
Sebagian paradigma Cina di atas terdapat juga dalam kebudayaan Indonesia. Misalnya, feng shui yang mengajarkan bahwa atmosfir di sekitar rumah (termasuk tata letak) mempengaruhi penghuninya, hal itu juga diyakini masyarakat Nias. Di Pulau Nias, ukuran rumah, dan letak rumah (misal, pintu menghadap ke mana: Timur atau Barat, Selatan atau Utara), selalu dicocokkan dengan ukuran badan kepala keluarga. Kalau tidak, rumah tersebut menjadi penghalang rezeki bagi sipenghuninya. Sehingga, saya berhipotesis: Filsafat Cina ini, sebenarnya mewakili filsafat Asia, yang notabene tak kalah canggihnya dengan filsafat Barat. Jika Filsafat Asia (Cina) menekankan harmoni, dan relasional. Barat menekankan dualisme, bipolar, antagonistic (misalnya, a dan bukan a) yang selalu dipertentangkan, bukan diperpadukan dan diseimbangkan.
Berdasarkan paradigma-paradigma di atas, masyarakat Cina itu selalu menekankan sisi mistik, sedangkan Barat adalah sisi rasionalitas. Mungkin bagi Cina sendiri, paradigma mereka adalah sesuatu yang rasional. Sedangkan paradigma Barat (bagi Cina) sesuatu yang irasional, demikian sebaliknya. Oleh karena itu, tentu kedua kubu ini selalu menawarkan kebenaran dan paradigmanya sesuai cara berpikirnya. Hal lain yang perlu saya komentari adalah jika Barat melihat waktu secara linear, masyarakat Cina melihatnya lain: siklis. Hal itu bisa kita lihat dalam paradigma Cina bahwa jagad raya ini, diatur oleh sirkulasi energi. Pada titik itu, jangan-jangan paradigma Cina ini, bertendensi seperti teorinya Einstein yang mengatakan: materi = immaterial, yang ujung-ujungnya mengakui bahwa yang kekal di jagad ini adalah energi. Menurut Bpk. Prof., Dr. Ign. Bambang Sugiharto (dalam kuliah logika dan Bahasa), penekanan pada energi, relasional dan harmoni itu sangat kental dalam teori Santiago; walaupun dengan bahasa yang agak berbeda, yakni bahwa yang kekal adalah tendensi. Tendensi bisa diartikan sebagai energi. Sedangkan prinsip relasional a la Santiago adalah bahwa segala makhluk di alam ini berada dalam jaring-jaring interaksi kognitif, ibarat rantai makanan. Jika demikian, energi dan relasi itu sangat penting untuk memahami realitas. Saya sangat kagum akan paradigma-paradigma Cina ini, terutama kecanggihan mereka memadukan antara kebudayaan dengan kecanggihan rasionalitas dan logika hati. Misalnya, feng shui sering dirasionalisasikan ibarat ilmu fisika, dan seolah-olah tidak berdimensi klenik. Memang, Feng Shui itu adalah local genius yang perlu dipelihara dan dikembangkan. \
Selasa, 21 Februari 2012
Nikmatnya Mahasiswa
Saksi dari setiap penguasa, saksi dari sebuah penghianatan, kekejian, pemberontakan, perlawanan dan pembantaian. saksi bisu dari tekanan para penguasa untuk di jadikan anjing penjilat, apakah selamanya aka seperti ini. ketika masuk sebagai Mahasiswa ternyata mahasiswa sekarang hanya menggembar-gemborkan demokrasi, rakyat ke bobrokan pemerintah.
sangat saya sayangkan ketika melihat se kelompok anak yang mengaku sebagai mahasiswa dari dalam mobil. melewati sebuah gang becek penuh dengan orang2 pinggiran dengan lagaknya memencet klakson keras2. ketika seorang mahasiswa habis shalat dari masjid besar melihat pengemis hanya terdiam tanpa mau tahu apa yang terjadi dan mengapa pengemis itu sampai mengemis(ceramah jum'at hanya sebagai rutinitas kepada yang mengaku dekat dengan sang pencipta tanpa mau meresapi dan mengamalkan). melihat beberapa mahasiswa dengan enaknya berkata bahwa kami yang paling benar dan selain kelompoknya di anggap salah. dengan enaknya hari ini bisa makan makanan lezat, tidur dengan kasur yang empuk, minuman yang menyegarkan dan dingin, berselimutkan kain hangat, bisa belajar dengan nikmat karena fasilitas yang tersedia.
Begitu nikmatnya mahasiswa, begitu nikmatnya bisa menikmati batangan rokok, , begitu nikmat bisa menikmati pembelajaran yang layak, menikmati dinginya AC, dan menikmati semua fasilitas yang ada. Oh mulyanya para Para Mahasiswa.
Sebuah pilihan ketika selesei sebagai mahasiswa akankah bisa mengabdikan hidupnya dan siap hidup lebih buruk dari rakyat biasa atau malah meneruskan generasi-generasi yang lama dengan santainya duduk di kursi empuk dan membuat semua kebijakan-kebijakan pemerintahan yang ada.
dan maafkan aku negaraku kalau aku belum bisa mengabdi dengan sepenuh hati walau kau telah memberiku penghidupan, aku berharap kelak akan benar-benar mengabdikan diriku
Senin, 20 Februari 2012
Kata-Kata Bijak Gie
Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok
kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan
golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik
saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu
oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan
sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak
akan lahir?
Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha
penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala
yang non humanis…
Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah
orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.
Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya
lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan
kekurangan-kekurangan kita.
Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3
meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.
To be a human is to be destroyed.
Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani
menentang angin.
Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena
mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.
I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.
Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih.
Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.
Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam
kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.
Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya
melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta
dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu
kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah
saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis
sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya
ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di
jalanan, pada semua-muanya.
Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun
dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan
pembangunan dunia yang lebih baik.
Berjuanglah para mahasiswa Indonesia. Perlemah gerakan
para mafia dengan ideliasme kalian dalam menegakkan kedaulatan dan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya
telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa
tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi
ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.
Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling
kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat
menghindari diri lagi, maka terjunlah.
Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru
bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.
Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua
dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya
memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.
Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip
saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.
Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan
adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi “manusia-manusia yang
biasa”. Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai
seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari
eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan
sebagai seorang manusia.
Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia
mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya,
selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani
menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak
menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
Demikianlah Kata-kata Bijak Soe Hok Gie, semoga kata-kata bijak
ini dapat memberikan kebermanfaatkan kepada kita semua
Minggu, 19 Februari 2012
Filosofi buah
1. Jadilah Jagung, Jangan Jambu Monyet.
Jagung membungkus bijinya yang banyak, sedangkan jambu monyet memamerkan bijinya yang cuma satu-satunya.
Artinya : Jangan suka pamer
2. Jadilah pohon Pisang.
Pohon pisang kalau berbuah hanya sekali, lalu mati.
Artinya : Kesetiaan dalam pernikahan.
3. Jadilah Duren, jangan kedondong
Walaupun luarnya penuh kulit yang tajam, tetapi dalamnya lembut dan manis.
hmmmm, beda dengan kedondong, luarnya mulus, rasanya agak asem dan di dalamnya ada biji yang berduri.
Artinya : Don't Judge a Book by The Cover.. jangan menilai orang dari luarnya saja.
4. Jadilah bengkoang.
Walaupun hidup dalam kompos sampah, tetapi umbinya isinya putih bersih.
Artinya : Jagalah hati jangan kau nodai.
5. Jadilah Tandan Pete, bukan Tandan Rambutan.
Tandan pete membagi makanan sama rata ke biji petenya, semua seimbang,
tidak seperti rambutan.. ada yang kecil ada yang gede.
Artinya : Selalu adil dalam bersikap.
6. Jadilah Cabe.
Makin tua makin pedas.
Artinya : Makin tua makin bijaksana.
7. Jadilah Buah Manggis
Bisa ditebak isinya dari pantat buahnya.
Artinya : Jangan Munafik
8. Jadilah Buah Nangka
Selain buahnya, nangka memberi getah kepada penjual atau yg memakannya.
Artinya : Berikan kesan kepada semua orang ( tentunya yg baik ).
Jagung membungkus bijinya yang banyak, sedangkan jambu monyet memamerkan bijinya yang cuma satu-satunya.
Artinya : Jangan suka pamer
2. Jadilah pohon Pisang.
Pohon pisang kalau berbuah hanya sekali, lalu mati.
Artinya : Kesetiaan dalam pernikahan.
3. Jadilah Duren, jangan kedondong
Walaupun luarnya penuh kulit yang tajam, tetapi dalamnya lembut dan manis.
hmmmm, beda dengan kedondong, luarnya mulus, rasanya agak asem dan di dalamnya ada biji yang berduri.
Artinya : Don't Judge a Book by The Cover.. jangan menilai orang dari luarnya saja.
4. Jadilah bengkoang.
Walaupun hidup dalam kompos sampah, tetapi umbinya isinya putih bersih.
Artinya : Jagalah hati jangan kau nodai.
5. Jadilah Tandan Pete, bukan Tandan Rambutan.
Tandan pete membagi makanan sama rata ke biji petenya, semua seimbang,
tidak seperti rambutan.. ada yang kecil ada yang gede.
Artinya : Selalu adil dalam bersikap.
6. Jadilah Cabe.
Makin tua makin pedas.
Artinya : Makin tua makin bijaksana.
7. Jadilah Buah Manggis
Bisa ditebak isinya dari pantat buahnya.
Artinya : Jangan Munafik
8. Jadilah Buah Nangka
Selain buahnya, nangka memberi getah kepada penjual atau yg memakannya.
Artinya : Berikan kesan kepada semua orang ( tentunya yg baik ).
Mas Mantri Menjenguk Tuhan
Oleh W Agung Nugroho(Lik sus)
Pada pagi hari di hari lebaran yg lalu, Mas Mantri tidak muncul di tempat sholat Id. Padahal boleh dibilang, sebagian besar warga kampung tumplek blek disana dalam suasana khusuk sekaligus gembira. Ketidakhadiran Mas Mantri banyak dipertanyakan orang. Ya, apabila pada kesempatan yg agung seperti sholat Id, lelaki paruh baya itu tidak terlihat, pasti ada sesuatu yg terjadi atas dirinya. Maka setelah selesai sholat dan bersalaman dgn sesama warga kampung, saya langsung menuju rumah Mas Mantri. Den Besus dan Kang Marto Pacul yg mengetahui rencana saya sontak bergabung.
Sampai ditujuan kami mendapati rumah Mas Mantri terlihat sepi. Pintu depan tertutup. Anehnya, dari dalam terdengar suara radio menggemakan takbir. Den Besus memanggil –manggil pemilik rumah ; tak ada jawaban. Kami saling berpandangan karena kami mulai cemas, jangan2 telah terjadi sesuatu yg serius terhadap orang yg sering kami ajak jagongan ini. Saya usul agar pak RT diberitahu ; sebab siapa tahu ia kena musibah tersengat listrik misalnya. Ya, saya bergerak menuju ke rumah pak RT. Tetapi belum jauh kaki melangkah, tiba2 kami mendengar suara orang terbatuk dari gubug agak di belakang rumah Mas Mantri. Itu rumah liliput yg ditinggali sendiri oleh Nek Trimo. Kami bertiga sepakat pergi ke gubug itu dan menemukan Mas Mantri sudah berada disana. Anehnya Mas Mantri sudah necis dgn dandanan kain sarung serta kopiah baru. Baju kokonya putih bersih seperti orang yg siap pergi ke masjid.
“ Kok sampeyan masih disini ? “ tanya Den Besus. “ Kenapa tidak ikut sholat Id ? “.
Mas Mantri tidak segera menjawab karena Nek Trimo yg tergeletak lemah di balai2 bambu kembali terbatuk, dan terus terbatuk lalu mengerang. Sosok tubuhnya yg tampak sangat ringkih hampir lenyap di balik selimut kain lusuh. Kami merasa terjebak oleh suasana haru. Apalagi setelah kami mengetahui lebih jelas keadaan di dalam gubug itu ; tak ada makanan atau minuman apalagi obat2an.
“ Tadi pagi sebenarnya saya sudah siap berangkat ke tempat sholat Id. Tapi karena mendengar Nek Trimo terus terbatuk, saya datang kemari “.
“ Lalu sampeyan tak tega meninggalkan dia seorang diri ? “ tanya saya.
Mas Mantri mengangguk, dan wajahnya kelihatan ragu.
“ Karena menemani Nek Trimo sehingga tak bisa pergi sholat Id, apakah saya salah ? “ tanya Mas Mantri dgn pandangan mata tertuju kepada saya. Den Besus dan Kang Marto Pacul pun berbuat sama sehingga saya merasa jadi pusat perhatian.
Entahlah, pertanyaan Mas Mantri terasa langsung menusuk dasar iman saya. Y a Tuhan, saya merasa malu karena tiba2 saya teringat pernyataan Tuhan sendiri bahwa barang siapa menjenguk si sakit, si haus, dan si lapar, maka berarti dia telah menjenguk Tuhan. Dan ternyata Mas Mantri-lah yg telah melakukan kesalehan tersebut. Saya merasakan adanya ironi yg tajam karena sangat boleh jadi Mas Mantri justru belum tahu akan adanya pernyataan Tuhan itu.
Nek Trimo terbatuk lagi, kering dan dalam.
“ Wong ditanya kok malah bengong “, kalimat Den Besus mengejutkan saya.
“ Ya Den, saya sangat percaya tak ada kesalahan apa pun pada diri Mas Mantri yg tidak pergi sholat Id demi menemani Nek Trimo “.
“ Ah apa iya ? “ tanya Kang Marto Pacul. “ Meninggalkan sholat Id untuk menjaga orang sakit, apakah tidak berarti lebih mengutamakan kepentingan manusia ketimbang kepentingan Tuhan ? “.
Lagi, dasar iman saya terasa tertusuk, kali ini oleh pertanyaan Kang Marto Pacul. Karena gelisah, saya tak bisa segera bicara. Pikiran saya melayang. Oh, alangkah banyak orang lupa bahwa hakikat ibadah adalah penyebarluasan kasih sayang Ilahi di dunia agar manusia berjumpa dgn Tuhan dalam ramatullah kelak. Dan pagi ini Mas Mantri memang telah meninggalkan sholat Id. Namun sebagai penggantinya lelaki tersebut telah melakukan ibadah maknawi yang sangat tinggi nilainya.
Mas Mantri telah menunaikan silaturahmi paling hakiki antar sesama manusia, sekaligus menziarahi Tuhan seperti telah dinyatakan dalam sabda Dia sendiri. Silaturrahmi macam itu terang lebih maknawi daripada sholat (sunah) Id, serta salam-salaman yg masih bersifat simbolis.
“ Eeeee...kamu kok jadi pelamun ? “ tegur Kang Marto Pacul. “ Tadi saya bertanya, apakah tindakan Mas Mantri pagi ini tidak berarti menomorsatukan kepentingan manusia dan menomorduakan kesetiaan terhadap Tuhan ? “.
“ Saya yakin tidak “. Jawab saya sambil menelan ludah. “ Soalnya begini, apabila sampai terjadi Nek Trimo meninggal dalam keadaan merana, orang sekampung, terutama Mas Mantri yg tinggal paling berdekatan yg berdosa. Bukankah seorang seperti Nek Trimo ini merupakan amanat Tuhan bagi kita semua ? Lagi pula sholat Id hukumnya kan sunah. Sementara menyantuni fakir miskin hukumnya wajib. Jadi pagi ini Mas Mantri telah meninggalkan perkara sunah demi melakukan pekerjaaan wajib. Maka tidak salah bukan ? “.
Den Besus dan Kang Marto Pacul diam, saya kira pegawai kantor kecamatan dan tukang becak lugu itu bisa memahami omongan saya.
“ Kita tidk layak terlalu banyak omong di hadapan Nek Trimo yg sedang sakit “, Mas Mantri tiba2 bicara. “ Kita harus segera melakukan pertolongan nyata. Saya mau pergi ke apotik jaga, cari obat sementara. Saya minta Kang Marto Pacul pergi ke kecamatan tetangga memberitahu kerabat Nek Trimo “.
“ Saya akan mengambil termos dan makanan “, kata saya.
“ Lalu saya kebagian apa ? “ tanya Den Besus.
“ Sementara kami pergi, tungguilah Nek Trimo disini “, jawab Mas Mantri.
“ Jadi kita tidak melakukan silaturahmi dan salam-salaman ? Ini kan hari lebaran ? “, tanya Den Besus lagi.
“ Ya inilah silaturahmi yg sebenar-benarnya “, jawab Kang Marto Pacul.
Ah ternyata tukang becak lugu itu bisa menjawab dengan tepat pertanyaan Den Besus. Kemudian Mas Mantri, saya dan Kang Marto Pacul berangkat. Pagi ini kami merasakan sentuhan hakikat persaudaraan sejati. Karena pagi ini kami mengikuti Mas Mantri menjenguk Tuhan.
Catatan W Agung N Fb= Ligan narang
Hm.... Ternyata sang waktu
entah sadar atau tidak sadar, kita telah melupakan sesuatu yang paling jauh dan sangat jauh, mungkin dalam fikiran kita yang paling jauh berfikir negara eropa jauh dari sini, kemudian bulan, lebih jauh lagi mars, lebih jauhlagi matahari, lebih jauh lagi batas terluar tata surnya dan lebih jauh lagi batas galaksi bima sakti dan bahkan batas terluar alam semesta, hm........ mungkin semua itu dapat di raih dengan perjalanan yang panjang, tetapi mungkinkah kita pernah berfikir bahwa sesuatu yang paling jauh ternyata di sekitar kita, yah........1 menit yang baru saja kita lewatkan, mungkinkah kita akan mengulangnya dengan baik dan sempurna, seandainya ada paling yang paling baik adalah mendekati sempurna, karena walaupun kita mengambil gambar menulis atau mencatat, semua itu tak bisa membuat sesempurna 1 menit lalu karena di sana semua aspek2 yang mendukung 1 menit yang lalu ada. hm......... itulah kehebatan sang waktu, walaupun kita berfikir kita menggunakan mesin waktu hal itu tak akan sempurna, karena terdapat kehadiran kita dari masa depan yang menambahkan kita ke dalam 1 menit yang lalu, begitu hebatnya sang waktu yang sangat sempurna dan jauhnya dari kita .... he he he
antara telur, wortel dan kopi
Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.
Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, nak?" "Wortel, telur, dan kopi" jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini, Ayah?" Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak.
Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.
Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. "Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya. "Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?"
Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.
Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?
Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.
Dari renungan diatas kita mengambil kesimpulan, yaitu :
Jika kita memiliki suatu masalah yang ada didalam diri kita, masalah itu dapet kita selesaikan dengan cara yang berbeda-beda tergantung dengan bagaimana kita melihat masalah itu, apakah kita akan langsung menyerah atau teru berjuang untuk memecahkan masalah itu dan segala sesuatunya itu kembali lagi dengan pilihan yang dibuat kamu" sekalian, pilihan yang kamu buat akan menentukan pula hasilnya.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.
Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, nak?" "Wortel, telur, dan kopi" jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini, Ayah?" Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak.
Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.
Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. "Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya. "Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?"
Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.
Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?
Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.
Dari renungan diatas kita mengambil kesimpulan, yaitu :
Jika kita memiliki suatu masalah yang ada didalam diri kita, masalah itu dapet kita selesaikan dengan cara yang berbeda-beda tergantung dengan bagaimana kita melihat masalah itu, apakah kita akan langsung menyerah atau teru berjuang untuk memecahkan masalah itu dan segala sesuatunya itu kembali lagi dengan pilihan yang dibuat kamu" sekalian, pilihan yang kamu buat akan menentukan pula hasilnya.
Siapakah Dia?
Dengungan suara kereta melintasi
sebuah perkampungan, di pinggir pagar kuning bersebelahan dengan rimbunya
pepohonan mirip hutan. Beberapa anak asik bermain dengan sepeda kecil beroda anting dua di bagian ban
belakang, sedangkan lainya mondar-mandir dengan koran dan dagangan asongan
mereka. Matahari mulai condong ke arah barat dengan sebagian tertutup awan
putih yang menjadikan bagian bawah awan itu tampak hitam. Di dekat pagar kuning
itu ada sebuah gerbang yang hanya bisa di lewati oleh sepeda motor. di sebuah pos satpam duduk seorang pemuda
berpawakan ceking dengan kulit agak gelap, rambut gondrong menghiasi sebagian
kepalanya. Ia menemani satpam yang saat itu sedang bertugas menjaga pintu
masuk. Sambil ngobrol dengan satpam dia menyruput es teh yang tadinya ia beli
di dekat pos tersebut.
Beberapa saat kemudian pemuda
Gondrong itu berpamitan kepada satpam
dan berjalan menuju sebuah gedung besar yang mirip stadion, tetapi ketika
sampai di dekat parkiran gedung tersebut pemandangan lain menarik perhatian
pemuda gondrong itu. Di sana seorang pemuda lusuh sedang di marahi oleh gadis
muda cantik, dimana perempuan itu terlihat menunjuk-nunjuk mobil tersebut.
Segeralah si pemuda Gondrong itu menuju tempat parkiran dimana pertengkaran itu
terjadi. Karena sepi tak ada orang suaranya terdengar jelas.
“Lo tahu bahwa mobil ini harganya sangat mahal, dan dengan
tampang lo yang lusuh itu, gue yakin lo ga bakalan bisa bayar nih lecet mobil”
gadis itu marah-marah sambil menunjuk-nunjuk.
“ma,afkan saya mbak, saya benar-benar tidak tahu.” pandangan
mata pemuda lusuh itu kosong menghadap arah sebuah danau, dan hal itu malah
membuat gadis itu semakin marah, karena seolah-olah dia tak di perhatikan
karena laki-laki itu tak menatapnya sama sepemudakali.
“gue nggak mau tahu, yang penting gue ingin lo bertanggung
jawab.”
Tak berapa lama kemudian pemuda Gondrong itu langsung ikut
nimbrung.
“maaf, ini sebenarnya ada apa, kok ribut-ribut seperti ini.”
Dengan nada agak keras pemuda Gondrong itu berusaha meleraikan.
Dengan emosi berapi-api perempuan itu mencoba menjelaskan.
“dia yang sekarang berdiri di belakang lo itu tadi nyebrang
jalan ga liat-liat, nah pas gue mau keluar ada dia langsung saya banting setir,
nah jadinya seperti ini, kalau bokap tahu gue bisa di marahi. gue meminta dia
untuk bertanggung jawab.”
Tak berapa lama kemudian perempuan itu di pegang tangannya oleh si Gondrong, ditarik ke
tempat duduk parkiran, kemudian gadis itu tampak kebingungan.
“hei apa yang kamu lakukan, dia nanti kabur!” perempuan itu
berteriak dengan nada marah.
“mbak bicara di sini dulu, nanti perbaikan mobil mbak saya
yang tanggung, ini KTM saya bawa dulu” gadis itu diam sejenak, dan pemuda Gondrong
itu kembali menuju pemuda yang masih memandang kosong dan berbicara sebentar,
akhirnya pemuda itu meninggalkan tempat parkir. Sedangkan pemuda Gondrong itu
kembali ke tempat duduk gadis yang sempat ribut.
“Hai, kemana dia tadi, dia harus bertanggungjawab!” karena
ia melihat pemuda lusuh yang tadi bermasalah pergi.
“sudah, tenanglah mbak.” Pemuda Gondrong itu berusaha
menenangkan.
“bagaimana saya bisa tenang, kau malah melepaskan,
jangan-jangan kau bersetongkol ya!” bentak gadis cantik itu.
“Saya sudah bilang bahwa saya yang akan ganti!” suara tegas
keluar dari pemuda Gondrong itu.
Di
Sekitar bengkel yang cukup mewah, terjadi pembicaraan antara pemuda Gondrong
dan gadis itu.
“Dari tadi murung terus Non, cepet tua nanti” dengan nada
bercanda pemuda ceking mulai membuka pembicaraan.
“harusnya tadi dia yang mengganti bukan kamu, dia harus
bertanggung jawab!” dengan nada agak ketus.
Sambil menyeruput kopi susu kaleng yang dibeli pemuda Gondrong
itu mulai menjelaskan.
“sebelumnya saya juga turut meminta maaf mbak atas kejadian tadi.”
“Lho kamu kok malah yang minta maaf.” Dengan nada agak heran
gadis itu menjawab.
“orang yang mbak marahi tadi, dia itu adalah dosen saya,
Beliau S2 dan S3 nya di luar negri, dia memang masih muda, namun nasib buruk
telah menimpanya, ketika dia pulang, dia mengalami kecelakaan, karena
menghindari seorang anak Anak Perempuan SMA yang saat itu sedang pawai,
merayakan kelulusan di dekat daerah Rangunan setahun yang lalu. Hal itulah yang
membuat ia menjadi Buta”
Tiba-tiba gadis itu shock dan langsung lemas mendengar
cerita Pemuda Gondrong itu, dia baru
menyadarinya bahwa Perempuan SMA yang sedang pawai setahun lalu di dekat pasar
minggu adalah dia, dan dia juga tahu kecelakaan di sana lebih tepatnya setahun
yang lalu hanya satu kejadian yaitu ketika menghindari ia ketika berpawai.
Oleh : Sofan Fitri, 17/11/2011
Langganan:
Postingan (Atom)