Seperti yang kita ketahui akhir-akhir ini, banyak sekali
aksi-aksi kekerasan yang terjadi di Indonesia, dan bahkan bukan hanya kekerasan
tetapi Arogansi yang terjadi di tengah masyarakat. Beberapa malah di tenggarai
oleh sebagian oknum yang mengaku Islam. Kita bisa melihat itu ketika media
banyak yang meberitakan yang akhirnya hamper semua orang Islam yang kena.
Beberapa hal di antaranya yang kita lihat banyak yang terjadi sentimenisasi
terhadap orang islam gara-gara sebagian oknum yang mengaku Islam dan tak mau
bertanggung jawab.
Bahkan masjid yang dikatakan sebagai rumah Allah Yang
harusnya di lindungi dan di gunaka untuk kemaslahatan umat sekarang di gunakan
untuk Sekelompok orang yang seolah-olah mengaku memiliki mesjid tersebut.
Dengan kala lain Masjid yang di katakana sebagai rumah Allah menjadi rumah
Golongan. Hal ini yang harusnya di sadari umat islam untuk menggunakan kembali
fungsi masjid sebagai untuk umat. Sebagai contoh di salah satu masjid di
universitas malang. Ketika salah satu umat mau Tahlilan dan berdoa di masjid di
usir dari masjid karena perbedaan di anggap perbedaan dalam pemikiran islam.
Nah hal tersebut menjadikan salah satu mepbelajaran untuk kita umat islam
bagaimana mempergunakan masjid. Contoh lain yang terjadi di masjid salah satu
kampus faforit bandung. Dimana sedang mengadakan diskusi tentang islam secara
tidak langsung di usir secara halus dengan di matikan lampu oleh petugas yang
merasa memiliki hak menggunakan masjid. Ketika di Tanya kenapa di matikan
mereka yang diskusi di anggap aliran sesat. Semoga saja hal itu tak terjadi di
masjid UI.
Lembaga perekonomian umat islam yang sebagian
mengatasnamakan Syariah ternyata sistemnya tak jauh beda dengan bank-bank milik
swasta. Hal inilah yang menjadikan sebagian umat islam lebih memilih bank
Swasta. Di samping itu kita lihat perekonomian umat islam. Tidak usah
jauh-jauh. Bagaimana kita melihat Masjid UI, apalagi ketika sebelum dan sesudah
Jum’atan. Pengemis sudah mengantri. Sedangkan Khotib yang waktu berkubah
meneriakan untuk sodakoh, berbagi, dan memajukan umat. Hanya bisa bilang di
dalam masjid ketika keluar jum’atan sepertinya Apa yang di sampaikan khotib
hanya menjadi dengaran sesaat. Padahal kalau kita lihat jamaa’ahnya hamper
semuanya bisa di katakana berkecukupan. Mobil-mobil berjejer di tempat parker.
Yang lebih Ironis lagi terdapat parkiran Khusus Pengurus Masjid yang cukup
luas. Yang harusnya menjadi fasilitas umat sekarang menjadi fasilitas pengurus
masjid. Seandainya yang mau naik mobil itu mau mengangkat para pengemis untuk
di berikan pekerjaan apa yang mereka bisa supaya tidak mengemis lagi. Dan
memberdayakan umat dan terdapat pengawasa sekaligus pengoptimalan umat mungkin
jumlah pengemis akan berkurang. Entah mengapa yang terjadi sebaliknya. Bahkan
hokum yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin tidak hanya terjadi
pada orang Liberal tetapi sekarang berlaku terhadap umat Islam.
Di samping itu fungsi madrasah, pesantren dan organisasi
ke agamaan yang terjadi sekarang ini malah menjadikan sebagai ladang pencari uang. Dimana yang kita
lihat madrasah yang harusnya di kaytakan sebagai sekolah bagi orang-orang islam
yang tidak mampu. Dimana system keuangan yang harusnya berputar dan di gunakan
untuk madrasah di sunat kiri kanan. Sehingga yang berada di madrasah mencari
uang dari orang tua murid. Yang terjadi di sebagian pesantren juga begitu
dengan biaya masuk yang mahal. Yang harusnya dari orang-orang islam
memperdayakan pesantren dengan baik malah di gunakan untuk mencari lahan uang.
Tetapi beberapa pesantren sudah menerapkan system yang baik. Contoh bisa kita
lihat di PP-AL-Istianah, yang berada di pelangitan Pati. System yang di pakai
santri di ajarkan untuk latihan bekerja, dimana malam hari di beri pendidikan
mengaji. Pesantren itu di gunakan untuk yang tidak mampu. Rata-rata yang berada
di situ lulusan SD,SMP dan SMA. Dengan didikan yang ada setelah lulus mereka
mampu bekerja. Sangat jarang sekali pesantren seperti itu. Nah itulah yang
harusnya bisa di terapkan di pesantren-pesantren di Indonesia.
Di organisasi-organisasi keislaman juga perlu di perbaiki
dalam hubungan antar organisasi islam. Banyak organisasi Islam yang terpecah
karena di dasari perbedaan cara fikir. Padahal Rasulullan SAW sendiri sudah
mengajarkan untuk menghargai perbedaan. Di sinilah indahnya makna Islam.
Kesimpulan
Fungsi masjid harus di kembalikan ke fungsi awal dimana
masjid sebagai rumah Allah, sebagai pelindung kaum yang tidak mampu, sebagai
berteduhnya saudara Islam ketika tertimpa musibah, sebagai tempat diskusi,
sebagai tempat mengajarkan kebaikan, dan sebagai tempat berkumpulnya generasi
muda untuk diskusi, yangmana akan mengurangi dampak Premanisme yang terjadi.
Madrasah-madrasah yang dulunya menyatu dengan masjid bisa di fungsikan lagi.
Sehingga masjid benar-benar bisa berfungsi seperti di zaman Kejayaan Islam. Dan
dengan hadirnya para pemuda untuk melakukan aktifitas di masjid, mengurangi
dampak dari premanisme itu sendiri. Perekonomian juga jalan, karena tidak ada
kerusakan dari premanisme. Pesantren mempunyai fungsi ganda sebagai pendidik
sekaligus latihan bekerja. Sehingga Islam bisa maju.
Sumber :
Ali,
Mohammad Daud. 1998. PAI, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Majalah Hidayah, Edisi
77, Desember 2007.
Arca
Azyumahdi DKK. 2003. PAI Pada Perguruan Tingi, Jakarta : Departemen Agama RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar